您的当前位置:首页 > 探索 > Konflik Iran 正文
时间:2025-06-17 07:38:37 来源:网络整理 编辑:探索
Warta Ekonomi, Jakarta - Pengamat Ekonomi dan Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi quickq官网下载地址安卓
Pengamat Ekonomi dan Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, menilai Konflik antara Iran dan Israel memicu lonjakan harga minyak berpotensi tembus hingga US$ 100 per barel jika perang tak kunjung mereda.
”Sekarang sudah sekitar 76 dolar per barel. Nah, kalau perang meluas, melibatkan beberapa negara di Timur Tengah, saya perkirakan harga bisa mencapai sekitar 100 dolar per barel atau lebih. Kalau memang benar sampai 100 dolar per barel, maka ini akan mempengaruhi negara-negara lain, termasuk Indonesia,” ucapnya pada media, Senin (16/06/2025).
Baca Juga: Serangan Udara Iran ke Israel Tewaskan 6 Orang dan 140 Terluka
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent pada perdagangan hari ini tercatat naik 7,02% menjadi US$ 74,23 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) melonjak 7,62% ke posisi US$ 72,98 per barel. Keduanya mencatatkan lonjakan intraday tertinggi sejak tahun 2022.
Fahmy mengatakan, bila harga minyak benar-benar tembus US$100 per barel, Indonesia akan dihadapkan pada dilema besar, terutama terkait kebijakan subsidi bahan bakar.
“Kalau harga masih di bawah USD 100, katakanlah di kisaran US$ 90-an, barangkali pemerintah masih bisa mempertahankan harga BBM subsidi. Tapi kalau sudah menembus US$ 100, ini perlu penyesuaian harga. Kalau tidak, beban APBN akan membengkak. Sebaliknya, jika harga BBM subsidi dinaikkan, risikonya memicu inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat, ini sangat berbahaya,” jelasnya.
Menurutnya, lonjakan harga minyak global cukup masuk akal karena kawasan yang berkonflik merupakan produsen utama minyak dunia dan jalur distribusinya juga tergolong strategis.
Baca Juga: Israel-Iran Saling Serang, Harga Minyak Naik Tajam
“Kawasan ini adalah pusat produksi dan distribusi minyak dunia. Jika rantai pasok terganggu akibat konflik, maka wajar jika harga melonjak. Jadi asumsi harga menembus US$ 100 per barel itu cukup realistis jika eskalasi perang terus berlanjut,” pungkas Fahmi.
Korban First Travel di Luar Jawa Mulai Bermunculan2025-06-17 07:32
Tolak Kampanye Hitam, Timnas AMIN Andalkan Prestasi Anies2025-06-17 07:14
Beredar CGI Balon Udara Ganjar2025-06-17 06:34
NYALANG: Saat Cinta Bersemi di Athena2025-06-17 06:23
Anies Bakal Sikat Gubuk Liar di Jakarta2025-06-17 06:17
SYL Ngaku Siap Diperiksa Usai Firli Bahuri Ditetapkan Tersangka2025-06-17 06:14
Saung Hasil Patungan Para Koruptor di Lapas Sukamiskin Bakal Dirobohkan2025-06-17 05:57
19 Kota dengan Sistem Transportasi Terbaik di Dunia, Ada Jakarta2025-06-17 05:55
Pasukan Oranye Siaga di Pintu Air2025-06-17 05:34
Lakukan Langkah Ini untuk Mendapatkan Kulit Bersih Segar di Hari Raya2025-06-17 05:15
Polisi Ringkus Dua Pengedar 25 Kilogram Ganja2025-06-17 07:29
Ganjar Pranowo dan Boediono Bertemu, Bahas Ekonomi hingga Pembangunan2025-06-17 07:22
Kenapa Hari Raya Idul Fitri Disebut Lebaran di Indonesia?2025-06-17 07:18
Malam yang Mulia, Apa Saja Tanda Malam Lailatul Qadr?2025-06-17 06:52
Sandi Minta Pengerjaan Proyek 6 Flyover Dikebut2025-06-17 06:50
Dilarang Dedi Mulyadi, Apa Itu Study Tour?2025-06-17 06:43
Lakukan Perlawanan, Pengacara Firli Pelajari Penetapan Tersangka Ketua KPK2025-06-17 06:42
Bicara Elektabilitas, Anies Baswedan Sebut Masyarakat Sadar Perlunya Perubahan2025-06-17 06:22
Presiden Tanyakan Soal OTT di Banjarmasin Sama Wartawan2025-06-17 05:28
Apa Itu Itikaf? Bagaimana Tata Cara dan Dalilnya dalam Islam2025-06-17 05:21